Categories

Orang-orang Kristen di Jambi Indonesia bersiap untuk Natal di luar gereja-gereja yang disegel

JAMBI, INDONESIA (THE JAKARTA POST / ASIA NEWS NETWORK) – Sangat kontras dengan rasa gembira yang melingkupi antisipasi Natal pada hari Rabu (25 Desember) di banyak bagian negara, orang-orang Kristen di kota Jambi Indonesia masih berjuang untuk menemukan sukacita pada malam hari suci sejak pihak berwenang menyegel sejumlah gereja lokal di kota.

Beberapa orang Kristen di wilayah itu terkejut ketika mereka disambut oleh pemberitahuan yang terpampang di pintu depan tertutup Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) yang memberi tahu mereka bahwa gereja itu disegel pada 24 Desember, alih-alih doa dan kebaktian Natal yang biasa.

Pemberitahuan itu bukan hal baru, karena ditandatangani oleh penyelidik Satpol PP setempat Said Faizal pada 27 September tahun lalu.

GSJA adalah salah satu dari tiga gereja di daerah Simpang Rimbo di Jambi, bersama tetangga Huria Kristen Indonesia (HKI) dan Methodist Kanaan Indonesia (MKI), yang ditutup oleh pemerintah kota Jambi menyusul protes oleh beberapa warga tahun lalu, dengan alasan kurangnya izin bangunan.

“Ini adalah perayaan Natal kedua yang terasa menyedihkan bagi kami,” kata pendeta GSJA Jonathan Klaise pada hari Selasa.

Ini adalah kedua kalinya sekitar 200 jemaat GSJA harus puas merayakan Natal di luar gereja mereka sejak mereka terpaksa menutup rumah ibadah mereka tahun lalu. Para anggota gereja sejak itu telah mendirikan ruang sederhana di dekatnya di mana mereka dapat melanjutkan kegiatan gereja.

“(Perayaan) Natal kedua ini mengajarkan kita kesabaran, untuk sujud untuk mencegah konflik meningkat lebih lanjut,” kata Jonathan sambil tampak menahan air mata.

Dia mengatakan dia telah secara resmi meminta Polisi Kotabaru untuk mengizinkan anggota gereja berkumpul untuk kebaktian pada hari Selasa pukul 6 sore dan pada hari Rabu pukul 8 pagi.

Para anggota Gereja sejauh ini diizinkan untuk melanjutkan kegiatan mereka di area yang ditentukan seluas 1.200 meter persegi, katanya.

“Ini situasi yang sulit. Kami tidak punya pilihan lain selain mengatasinya,” kata Jonathan.

Jemaat GSJA telah bergabung untuk mempercepat pembangunan gereja baru di Pinang Merah, sekitar 2 km dari gereja asli, katanya.

Dia meminta pemerintah daerah untuk memberi mereka izin bangunan yang tepat untuk mencegah gereja baru dari memenuhi nasib malang ditutup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *